-->

Sunda

Ki Sunda

Secara antropologi-budaya dapat dikatakan, bahwa yang disebut suku-bangsa Sunda adalah orang-orang yang secara turun temurun menggunakan bahasa-ibu bahasa Sunda serta dialeknya dalam kehidupan sehari-hari, dan berasal serta bertempat tinggal di daerah Jawa Barat, daerah yang juga sering disebut Tanah Pasundan atau Tatar Sunda. Secara kulturel daerah Pasundan itu di sebelah Timur dibatasi oleh sungai-sungai Cilosari dan Citanduy, yang merupakan perbatasan bahasa. Akan tetapi diluar Jawa Barat terdapat pula kampung-kampung yang menggunakan bahasa Sunda, seperti di kabupaten Brebes, Tegal dan Banyumas di Jawa Tengah dan di daerah transmigrasi di daerah Lampung Sumatera Selatan. Di daerah Jawa Barat sendiri, jika kita teliti lebih mendalam lagi, tidak seluruh masyarakatnya menggunakan bahasa Sunda. Di daerah pantai utara dan di daerah Banten digunakan bahasa jawa di samping bahasa sunda, sedang di daerah cirebon bahasa sunda lebih banyak dipakai. Di daerah jakarta dan sekitarnya, masyarakatnya berbahasa melayu.
Dewasa ini bahasa sunda dipakai secara luas dalam masyarakat di Jawa Barat. Di pedesaan bahasa pengantar adalah bahasa sunda, sedang di kota-kota bahasa sunda terutama digunakan dalam lingkungan keluarga, di dalam percakapan antara kawan dan kenalan yang akrab, dan juga di tempat-tempat umum dan resmi di antara orang-orang yang saling mengetahui, bahwa mereka itu menguasai bahasa Sunda. Dalam hubungannya dengan kehalusan bahasa sering dikemukakan, bahwa bahasa sunda yang murni dan yang halus ada di daerah Priangan, seperti kabupaten Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandung, Sumedang, Sukabumi dan Cianjur. Sampai sekarang dialek Cianjur masih dipandang sebagai bahasa Sunda yang terhalus.[1] Dari Cianjur pula berasal lagu-lagu kecapi-suling Cianjuran. Bahasa Sunda yang dianggap agak kurang halus adalah bahasa Sunda di dekat pantai Utara, misalnya di Banten, Krawang, Bogor dan Cirebon. Bahasa orang Badui, yang terdapat di Banten Selatan adalah bahasa Sunda Kuno.[2] Terlepas daripada evaluasi emosionel-literer, mengenai adanya bahasa sunda yang halus dan yang kurang halus, yang murni dan yang kurang murni. adanya perbedaan itu barangkali dapat diterangkan dari sudut sejarah. Sunda Priangan misalnya pernah mendapat pengaruh kulturel dari Mataram Islam. Dalam sejarah abad ke-19 terdapat hubungan kekerabatan dan kebudayaan antara kaum bangsawan di sunda, khususnya didaerah Sumedang, dengan kaum bangsawan di Solo dan Jogyakarta. Di samping itu ada kemungkinan bahwa iklim-iklim dan lingkungan alam memberikan pengaruh kepada aspek-aspek tertentu dari bahasa.
Pada daerah-daerah percampuran, di mana digunakan bahasa Sunda dan bahasa Jawa, ada kecenderungan pada beberapa keluarga yang menggunakan bahasa Sunda untuk tidak menyebut dirinya orang Sunda, akantetapi menyebut dirinya misalnya orang Cirebon atau orang Banten, dan menggunakan istilah orang Sunda bagi orang Sunda Priangan. Salah satu keterangan yang didapat mengenai hal ini adalah dari sudut bahasa, yaitu bahasa Sunda di Priangan lebih halus. Akantetapi dikembalikan pula, bahwa orang Cirebon dan Banten melihatnya dari sudut penyebaran Agama Islam. Dilihat dari sudut kronologi Sejarah, Agama Islam lebih dahulu tersebar di daerah Banten dan Cirebon. Sebaliknya bagi orang Sunda Priangan, semua orang yang berbahas Sunda sebagai bahasa-ibunya di manapun ia tinggal adalah orang Sunda.
Di dalam bahasa Sunda terdapat kesusasteraan yang kaya. Bentuk Sastra Sunda yang tertua adalah cerita-cerita pantun, yaitu cerita pahlawan-pahlawan nenek moyang Sunda dalam bentuk puisi di selang-seling oleh prosa berirama seperti bentuk panglipur-lara. Tukang-tukang pantun itu mendongengkan ceritera-ceritera pantunnya dengan iringan bunyi kecapi. Ceritera-ceritera itu mengetengahkan pahlawan-pahlawan dan raja-raja pada zaman Sunda Purba, zaman Galuh dan Pajajaran, dan selalu menyebut nama raja Sunda yang terkenal ialah Prabu Siliwangi. Bagi orang Sunda ceritera-ceritera pantun itu menduduki tempat yang khas dalam hatinya. Permainan pantun dapat menggugah perasaan kebesaran orang Sunda, yang melihat ceritera sejarah di masa lampau semakin jauh semakin terang, semakin lama semakin terkenang. [3]
Sesudah zaman pantun, dikenal zaman wayang dan wawacan-wawacan sebagai pengaruh dari Mataram Islam, setelah jatuhnya Pajajaran. Ceritera-ceritera wayang kebanyakan berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata, tetapi sekarang sudah banyak sekali variasi-variasi karangan dari ki dalang sendiri. Wayang di Sunda lebih merupakan hiburan, dan orang yang menyaksikannya biasanya tidak selalu tertarik oleh lakonnya, melainkan oleh keterampilan sang dalang untuk memainkan wayangnya, atau lebih tertarik oleh nyanyian-nyanyian sindennya. Walaupun kebanyakan orang Sunda beragama Islam, mereka memberikan kepada pertunjukkan wayang itu suatu tempat tertentu dalam kebudayaan, karena di dalamnya terdapat berbagai unsur kesenian ialah seni sastra, seni tembang dan gamelan, dan pertunjukkan wayang itu masih sering diadakan di daerah-daerah pedesaan maupun di kota-kota. [4]
Ceritera wawacan dalam bahasa Sunda banyak diambil dari ceritera-ceritera Islam. Dahulu wawacan itu sering di nyanyikan, dan ini di sebut beluk. Biasanya seorang membacakan satu kalimat dari wawacan itu berbentuk puisi tembang dari Jawa, dan seorang yang lain menyanyikannya. Orang yang membaca dan menyanyi duduk di tikar di bawah, atau tidur-tiduran, demikian pula yang mendengarkannya. Beluk itu biasa di perdengarkan sambil menunggui orang yang baru melahirkan. Lamanya hampir semalam suntuk. Sekarang sudah jarang orang memperdengarkan beluk.
Sunda terdapat bermacam-macam ceritera rakyat seperti : Sangkuriang yaitu ceritera tentang terjadinya gunung Tangkuban Parahu dan danau purba di dataran tinggi Bandung, serta varian-variannya mengenai terjadinya beberapa gunung dan danau di Jawa Barat. Satu macam ceritera rakyat di Sunda adalah ceritera si Kabayan satu contoh sastra yang dilukiskan sebagai seorang yang malas dan bodoh, akantetapi sering-sering tampak pula kecerdikannya.
Kesusasteraan-kesusateraan Sunda itu bukan suatu unsur kebudayaan yang hanya dikenal di lingkungan yang kecil saja, akantetapi dikenal secara luas dalam masyarakat. Dalam pertunjukkan reog, permainan yang selalu dapat menyesuaikan dirinya dengan setiap zaman, tampaklah betapa bahasa dan sastra Sunda itu merupakan bagian yang esensiil dari kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat.
Di samping bahasa Sunda sebagai identitas kesundaan, ciri kepribadian orang Sunda yang lain adalah, bahwa orang Sunda sangat mencintai dan menghayati keseniannya. Dari bahasa dan keseniannya, dan dari sikapnya sehari-hari dapat kita gambarkan tipe ideal orang Sunda sebagai manusia yang optimis, suka dan mudah gembira, yang memiliki watak yang terbuka, tetapi yang sering bersifat terlalu perasa, sehingga tampak sebagai orang yang sedang pundung. Tentu gambaran ini sangat bersifat umum.
Masyarakat Sunda pun mengalami perubahan-perubahan, misalnya di sebabkan oleh bertambahnya jumlah penduduk. Dan pertambahan penduduk ini tentu saja menimbulkan perubahan-perubahan dalam berbagai aspek kebudayaan dan masyarakat. Ibukota kecamatan yang dalam masa sebelum perang dunia ke-II , masih memperlihatkan suasana pedesaan yang serba tenang, kini telah menjadi pemusatan-pemusatan penduduk yang ramai dan penuh dinamik.
____________________________________________________________
Catatan kaki.
[1] Dalam pemakaian bahasa Sunda dikenal pembagian atas tiga tingkatan, yaitu bahasa sunda lemes, sedang dan kasar. Bahasa sunda lemes sering dipergunakan untuk berhubungan dengan orang tua, orang yang dituakan, atau orang yang dihormati dan disegani. Bahasa sunda sedang dipergunakan antara orang yang setaraf, baik dalam usia maupun status sosialnya. Sedang bahasa Sunda kasar dipergunakan oleh atasan terhadap bawahannya, juga sering digunakan oleh menak terhadap cacah.
[2] Mengenai orang Badui ini antara lain baca karangan B. Van Tricht, Levende Antiquiteiten in West Java dan karangan N.J.C. Geise, Baduys en Moslems in Lebak Parahiangan, Leiden, 1953.
[3] Di samping cerita-cerita pantun sering dikemukakan mengenai cerita pahlawan atau tokoh-tokoh nenek moyang orang Sunda judul lakon pantun antara lain adalah Munding Laya di Kusumah, Nyi Pohaci Sanghyang Sri, Babad Siliwangi, Babad Cirebon. Cerita pantun tentang Nyi Pohaci Sanghyang Sri misalnya dikenal luas oleh masyarakat petani Sunda dan di setiap daerah mempunyai versi yang berbeda-beda.
[4] Di dalam masyarakat Sunda yang dikenal adalah wayang golek dan bukan wayang kulit. Wawacan adalah cerita yang berbentuk puisi dan biasanya dinyanyikan dalam membacanya seperti wawacan Rengganis dan wawacan Purnama Alam.
sejarah sunda

Apakah manfaat pengetahuan sejarah bagi kita ? Pertanyaan itu dijawab oleh Muiler (1952:38), “Our task is to creatiea “usable past” for our own living purpose” yaitu tugas kita ialah mereka instruksi masa lalu untuk mencari manfaat bagi kehidupan sekarang jelasnya lagi, yaitu kita harus mampu menyerap unsur sejarah yang bermanfaat bagi kemajuan bangsa dan dapat mentransformasikan dalam kehidupan.
Manfaat sejarah dapat disimpulkan dalam Ciri Jati Diri (Identitas)
a. Sejarah untuk menjadikan Ciri Jati Diri (Identitas): Identitas diri atau kelompok dapat tumbuh dari rasa bangga akan hasil peradaban atau kebudayaannya. Sehingga pada akhirnya memotivasi generasi penerus untuk lebih berprestasi kerja agar terwujud identitas diri dan bangsa.
b. Sejarah Sebagai Sumber Nilai Budaya Dan Peradaban: Dalam kandungan sejarah banyak terdapat nilai-nilai peradaban yang menjadi ukuran derajat peradaban bangsa tersebut. Nilai peradaban itu harus dapat disampaikan kepada generasi selanjutnya.
Periodesasi Sejarah Sunda
Drs. Saleh Danasasmita, pakar Sejarah Sunda membuat periodesasi Sejarah Sunda berdasarkan “Ide Dasar” yang menjiwai masyarakat pada masanya. Pembagiannya yaitu:
A. Ide dasar Nusantara, Bercirikan Megalitik.
B. Ide dasar Hinduisme.
C. Ide dasar Budisme.
D. Ide dasar Islamisme.
E. Ide dasar Kejawen.
Tetapi ada pula pakar yang membuat periodesasi berdasarkan kurun waktu. Periodesasi sejarah sunda Sbb :
a) Jaman Pra Sejarah (Purwayuga), Pada jaman ini dikatakan bahwa mahluk yang pernah hidup disebutnya.
- Satwapurusa (manusia hewan), 1.000.000 - 600.000 th S.M.
- Bhutapurusa (manusia bhuta, Raksasa) 750.000 - 300.000 th S.M.
- Yaksapurusa (manusia yaksa, sejenis raksasa) 500.000 - 300.000 th S.M.
- Wamanapurusa (manusia cebol) 50.000 - 25.000 th S.M.
- Antara 25.000 - 10.000 th S.M. berdatangan manusia dari Yuwana, Campa, Syangka, hidup berbaur dengan penduduk asli.
- Antara 10.000 S.M. sampai dengan awal tarikh Masehi, berdatangan manusia baru dari daerah utara.
Catatan: pada jaman pra-sejarah terdapat tradisi Nusantara (Megalitik). Manusia penghuni asli berbaur dengan pendatang baru.

b) Jaman Sunda Mandiri (Yuga ning Rajakawaca)
- Kerajaan Salakanagara : ini adalah kerajaan yang pertama yang ada di tatar Sunda, juga di Nusantara. Salakanagara (Negara Perak), kotanya Rajatapura (Kota Perak). Rajanya yaitu Dewawarman, yang berasal dari India Selatan dan menikah dengan Pohaci Larasati, putra dari Aki Tirem (Aki Luhur Mulya). Wilayah negaranya adalah daerah Banten sekarang sampai ke pesisir Sumatera Selatan. Catatan : A. Sudah ada ahli ilmu hundagi (arsitektur). B. Konsep kerajaan bersumber kepada tradisi India. C. Raja Yeh-Tiao yang bernama Tiao-piem, kemungkinan yang dimaksud yaitu Yavadwipa dengan Dewawarman. D. Dalam pemerintahan Dewawarman VII baru terceritakan adanya kerajaan Bakulapura (Kutai) di Kalimantan. Jadi lebih awal adanya Kerajaan Salakanagara daripada Kutai.
- Kerajaan Tarumanagara : Tahun 348 M, seorang Maharesi dari Calakayana, India selatan, datang ke tatar sunda, membuka pedesaan di tepi sungai Citarum. Diambil mantu oleh Dewawarman VIII, diberi julukan Jayasingawarman (sang resi Rajadi Rajaguru). Jayasingawarman inilah yang menurunkan raja-raja di kerajaan Tarumanagara (dari tahun 568 M – 669 M). Catatan: A. agamanya Hindu, istilah kasta yang menyerap sampai sekarang dalam bahsa Sunda ialah kata : nista, maja (madya), utama. B. Yang paling termashyur adalah Raja Purnawarman dari tahun (395-434 M) bergelar Narendrayajabutena (Panji Sagala Raja). Raja ke III Tarumanagara. Raja yang namanya ditulis dalam prasasti paling lama memerintah (Prasasti Ciaruteun). Memerintah untuk menggali sungai (Bangawan) Gamati. Mendirikan Kota Sundapura, membuat pelabuhan angkatan perang, Ahli perang, sudah mengenakan pakaian dari besi (kere, zirah). Bergelar Wyagra Tarumanagara (maung Tarumanagara). Nyusuk, membendung dan memelihara sungai Gangga (Cirebon), sungai Cupu Nagara, sungai Surasah Manukrawa (Cimanuk), sungai Gomati, sungai Candrabaga, sungai Citarum. Armada perangnya paling hebat dan kuat. Pimpinan perang dipegang sendiri mentampas bajak laut di laut Jawa. Kerajaan-kerajaan kecil yang dibawahinya terdiri atas 46 kerajaan. C. Raja terakhir dari kerajaan Tarumanagara, yaitu Linggawarman (666-669 M). Menantunya bernama Tarusbawa, sejak raja inilah nama Raja Wreti Kandayun dari negara Galuh (di daerah Ciamis sekarang), melepaskan negaranya dari Tarumanagara, jadi negara Galuh mandiri, kedudukannya di daerah selatan tatar sunda. Tahun 670 M wilayah Tarumanagara dibagi dua, yaitu kerajaan Sunda di daerah barat, kerajaan Galuh (Parahyangan) disebelah timur. Batasnya Sungai Citarum.
- Kerajaan Galuh: Menerangkan kerajaan Galuh, harus dimulai dari awal yaitu dari mulai Kendan (Daerah Nagreg, Cicalengka). Kendan adalah asal muasalnya Kerajaan Galuh. Tokohnya bernama Resiguru Manikmaya, Orang India (Wangsa Calakayana). Diangkat rajaresi di daerah Kendan (536-568 M). Raja Kendan yang tidak mendirikan lagi keraton yaitu ialah Wretikandayun. Wretikandayun meneruskan wangsa Kendan dengan mendirikan Kerajaan Galuh tempatnya di daerah Karang Kamulyan sekarang Ciamis. Jaman Wretikandayun, Galuh lepas dari kerajaan Tarumanagara. Galuh ada hungungan yang erat sekali dengan Kalingga, karena Raja Galuh (Sang Mandiminyak) menikah dengan Dewi Parwati, putranya Ratu Sima dari Kerajaan Kalingga. Kerajaan Galuh berdiri sejak tahun 591-852 M. Catatan: A. Cerita asal muasal Kerajaan Galuh, ada dalam naskah kuna ‘Carita Parahyangan’ (Naskah akhir abad Ke 16). B. Di Galuh pernah terjadi perang saudara, disebabkan diangkatnya sang Sena menjadi raja di Galuh, dan ini menimbulkan amarah dari putra Mandiminyak yang sah, yaitu Purbasora dan Demunawan. Sang Sena bisa lolos dan melarikan diri ke Kalingga Utara (Jawa tengah).C. Sena (putra Mandiminyak + Rababu) menikah dengan Sahana (putra Mandiminyak + Parwati) mempunyai putra Sanjaya. D. Sanjaya (putra Sena) yang ada di Kalingga Utara, membalaskan sakit hati ke ayahnya dengan menyerang Kerajaan Galuh. Sanjaya berhasil merebut Galuh dari Purbasora. E. Sanjaya menikah dengan Teja Kancana, putra dari Tarusbawa (Raja Sunda) dan akhirnya diangkat menjadi Raja Nagara Sunda. F. Akhirnya Sanjaya menjadi Raja yang mengusasai Nagara Sunda dan Nagara Galuh. Berdiamnya tidak di kota Galuh tapi di keraton (Purasaba) Sunda. G. Di Galuh mengangkat wakilnya, yaitu Premana Dikusumah (cucunya Purbasora), mempunyai putra Surotama (Manarah, Ciung Manarah). H. Premana Dikusumah suka bertapa. Patihnya yang bernama Tamperan mempunyai hubungan gelap dengan istri kedua Premana Dikusumah, maka lahirlah Banga.
- Kerajaan Sunda : Kerajaan Sunda adalah nama baru dari Kerajaan Tarumanagara. Di dirikan oleh Tarusbawa (669 M). Keratonnya di daerah Batu tulis, Bogor. Kotanya disebut Pakuan. Istananya (keraton) disebut Sang Bima –Punta-Narayana Madura-Suradipati, disingkat Sang Bima atau Sri Bima. Salah seorang raja dari nagara Sunda yang termasyur, bernama Sri Jayabhupati (Prabu Detya Maharaja). Dalam Prasasti Citatih disebut Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Cakala bhuwanamanda-laeswaranin-dita Hargowardhana Wikromotunggaluewa. Catatan: A. Waktu jaman kerajaan Sunda, ada di dalam daerah khusus yang dianggap mandiri yaitu kerajaan Galunggung. Rajanya bernama Batari Hyang menurut prasasti Geger Hanjuang. B. Mengenai raja Sunda yang bernama Darmasiksa (1175-1297 M), ini ada fragmennya dalam naskah kuna carita parahyangan. Beliau mendirikan pusat pemerintahan baru di daerah Tasikmalaya sekarang, yang disebut Saunggalah (senama dengan Saunggalah di Kuningan).
- Kerajaan Kawali : Raja kerajaan Sunda yang pertama di Kawali yaitu Ajiguna Linggawisesa, menantu prabu Linggadewata. Kejadian perang Bubat (pasundan Bubat) yaitu pada jaman Raja Linggabuana (1350-1357 M). Dua putranya yang tersohor yaitu bernama Dyah Pitaloka (Citraresmi) seorang putri yang terkenal dengan kecantikannya dengan Niskala Wastu Kencana. Citraresmi tadinya akan dipersunting oleh Prabu Hayam Wuruk dari Majapahit. Tetapi pernikahan tidak terlaksana karena terjadinya peristiwa Bubat. Prabu Wastukancana (Niskala Wastu Kancana, Prabu Resi Buanatunggal dewata, Prabu Linggawastu). Prabu Niskala Wastukancana yang membuat prasasti di Astana Gede yang berbunyi : Prasasti I: Nihan tapa kawali nu siya mulia tanpa bhagya parebu raja wastu mangadeg di kuta kawali nu mahayu na kadatuan surawisesa nu marigi sakuliling dayeuh nu najur sagala desa aya ma nu padeuri pakena gawe rahayu pakeun heubeul jaya dina buana. Dalam bahasa sunda: Nu tapa di Kawali ieu teh nu mulya nu tapa nu bagja Prabu Raja Wastu nu jumeneng di kota Kawali nu mapaes karaton Surawisesa, nu nyusuk (kakalen) sakuriling dayeuh, nu ngaraharjakeun sabudeureun nagri. Muga-muga aya nu pandeuri nu ngabiasakeun migawe karahayuan malar lila jayana di buana. Dalam Bahasa Indonesia : Yang bertapa di Kawali ini yang mulia yang bertapa yang bahagia Prabu Raja Wastu yang berkedudukan di Kota Kawali yang menghiasi keraton Surawisesa, yang menggali parit sekeliling kota, yang mensejahterakan sekeliling negri. Mudah-mudahan ada yang dibelakang yang membiasakan mengerjakan kebajikan supaya berjaya di buana. Prasasti II: Aya ma nu ngeusi bhagya kawali bari pakena bener pakeun najeur na juritan. Dalam Bahasa Sunda: Muga-muga aya nu pandeuri nu ngeusian nagara kawali ku kabagjaan bari ngabiasakeun diri migawe karaharjaan Sajati supaya tetep unggul dina pangperangan. Dalam bahasa Indonesia : Mudah-mudahan ada yang dibelakang yang mengisi negara kawali dengan kebahagiaan, dengan membiasakan diri mengerjakan kesejahteraan sejati agar tetap jaya dalam peperangan. Kerajaan Talaga daerah Talaga (Majalengka) besar kaitannya dengan Kawali. Kerajaan Talaga ialah salah satu (satu-satunya) yang menganut Agama Budha. Catatan: A. Naskah Kuna Carita Parahyangan banyak membahas mengenai Kawali. B. Wastu Kancana meninggal tahun 1475 M. Putranya yang bernama Ningrat Kancana (Prabu Dewa Niskala) menggantikannya menjadi Raja Kawali. Putranya yang seorang lagi bernama Sang Haliwungan (Prabu Susuk Tunggal) jadi raja di nagara Sunda, berkedudukan di daerah Pakuan. C. Putra Dewa Niskala,bernama Jayadewata di ambil menantu oleh Prabu Susuk Tunggal. Oleh karena itu nantinya Jayadewata menjadi raja di dua negara yaitu di Kawali dan di Sunda. Kerajaan yang dipegang oleh oleh Prabu Jayadewata disebut Pajajaran (1482-1579 M). D. Prabu Jayadewata dikenal juga dengan nama Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi (1482-1521 M).
- Kerajaan Pajajaran : Raja pertama kerajaan Pajajaran adalah Prabu Jayadewata (Sri Baduga Maharaja, Prabu Siliwangi, sang pemanah rasa, Keukeumbingan Raja Sunu) menikah dengan Ambetkasih (dari daerah Sindangkasih), dengan putri Subanglarang, dengan Kentringmanik Mayang Sunda, (Putra raja Susuk tunggal, dari Nagara Sunda). Beliau disebut Siliwangi, karena dianggap keharuman namanya mengganti keharuman nama Sang Prabu Wangi (Linggabuana) yaitu uyutnya, yang meninggal di Bubat. Prabu Siliwangi menjadi raja dari tahun 1482-1521 M. Jasa-jasa Prabu Siliwangi dicatat dalam prasasti Kebantenan dan Batu Tulis. Terdapat pada prasasti yang lainnya, isinya mengenai kewajiban rakyat kepada negara. Karya Prabu Siliwangi antara lain Telaga dengan nama Rena. Mahawijaya, membuat jalan, membuat benteng kota, memberikan daerah baru kepada para pendeta demi kemajuan agama, membuat keputren, kesatriaan, menciptakan formasi perang, tempat kesenian, menyusun angkatan perang, mengatur undang-undang, dll. Pada jaman Pajajaran inilah di mulai ada hubungan dengan Portugis yaitu tahun 1513 M. Tome Pires (bangsa Portugis) seorang penjelajah mengatakan Nagara Sunda (Pajajaran) disebutnya negara Ksatri yang dipimpin oleh seorang pahlawan laut. Raja Pajajaran yang terakhir bernama Ragamulya Suryakencana (1567-1579 M). Catatan: A. Kerajaan Pajajaran paling dikenal oleh orang Sunda, dengan rajanya yang sangat terkenal yaitu Prabu Siliwangi. B. Pada jaman Pajajaran mulai masuk pengaruh agama Islam dengan derasnya.
- Kerajaan Surasowan : Berkedudukan di Banten, merupakan kerajaan yang meneruskan kekuasaan Kerajaan Pajajaran yang sudah bubar. Di mulai dengan pemerintahan Sultan Hasanuddin (1478 M). Termasyur sebagai kerajaan Banten-Islam. Putra Hasanuddin yaitu Panembahan Yusuf, yang menumpas Pakuan Pajajaran tahun 1579 M. Raja terakhir kerajaan Surasowah ialah Pangeran Muhamad (Kangjeng Ratu Banten 1580-1605 M). Catatan: Kerajaan Surasowan erat kaitannya dengan Cirebon dan Demak.
- Kerajaan Pakungwati : Pakungwati adalah nama dari keraton di Cirebon di dirikan oleh Walang Sungsang. Cirebon Larang di dirikan tahun 1445 M. Sultan-sultan dari Pakungwati (Cirebon) mempunyai tempat khusus dalam sejarah Sunda terutama erat kaitannya dengan menyebarnya Agama Islam. Catatan: A. Salah satu tokoh yang terkenal dari Kerajaan Pakungwati ialah Sunan Gunung Jati, salah satu wali yang paling melekat di hati masyarakat sebagai tokoh Islam. B. Keraton Cirebon, terhitung tempat yang paling lengkap yang memberi informasi mengenai sejarah Sunda.
- Kerajaan Sumedang Larang : Pusat di kota Sumedang sekarang. Di Dirikan oleh Prabu Tajimalela kurang lebih tahun 1340-1350 M. Waktu yang memegang tampuk pemerintahan Ratu Sintawati hubungan dengan kerajaan Talaga (di Majalengka sekarang) terjalin erat sekali. Putrinya yaitu Ratu Satyasih (pucuk umum) nikah dengan Pangeran Santri (Ki Gedeng Sumedang, cucu dari pangeran Panjunan dari Cirebon). Pangeran Santri adalah Raja Sumedang Larang yang pertama menganut Agama Islam. Salah satu putera Pangeran Santri yang terkenal yaitu Pangeran Angkawijaya (Geusan Ulun). Catatan: A. Senapati/pembesar Pajajaran yang membantu Geusan Ulun, yaitu Jaya Perkosa, Wiradijaya (Nangganan), Kondang Hapa, Pancar Buana. Senapati berempat inilah yang membawa mahkota Pajajaran dengan atribut lainnya, diserahkan kepada Geusan Ulun. Sekarang ada di museum Sumedang. Atribut ini dipakai sebagai pengesahan (Legitimasi), bahwa Sumedang Larang meneruskan Kerajaan Pajajaran. B. Geusan Ulun erat sekali dengan kejadian Ratu Harisbaya.
- Kerajaan Galih Pakuan : Kedudukannya di Pasir Huut, Kampung Galih Pakuan, Kecamatan Blubur –Limbangan sekarang. Dari situ pindah ke daerah Limbangan-Leles (Windupepet). Tokoh terkenal yaitu Prabu Sangkan Beunghar, keturunan dari Prabu Siliwangi. Catatan: A. Kerajaan Galug Pakuan sering disebut dalam cerita Babad dan Pantun, namun tidak ada tertulis dalam naskah-naskah Kuno seklaipun.
c) Jaman Kasosok Ti Luar (pengaruh dari luar), yaitu maksudnya banyaknya pengaruh baik kekuasaan, budaya, tekhnik dari luar daerah Sunda. Umpamanya saja pengaruh dengan datangnya bangsa Belanda dan Inggris. Pengaruh kekuasaan dan Budaya dari Jawa (Kejawen, Mataram). Pengaruh budaya dari Timur Tengah. Mengenai periodesasi Jaman ini sudah banyak di bahas di buku-buku sejarah, diantaranya buku-buku pelajaran di SD, SLTP, SLTA, dari perguruan Tinggi.
d) Jaman Tandangna Kebangsaan, Kebangkitan nasional di tandai dengan berdirinya Boedi Oetomo tahun 1908 dan organisasi-organisasi lainnya. Adapun kebangkitan rasa kebangsaan di tatar Sunda di tandai dengan berdirinya Organisasi Paguyuban Pasundan pada September 1914.
e) Jaman Bhinneka Tunggal Ika, Yang dimaksud adalah peran sejarah Sunda setelah berkumandangnya Kemerdekaan republik Indonesia, dari tahun 1945 sampai sekarang.
Penutup
Seperti yang sudah ditulis dalam Purwa Carita, tulisan ini hanya memberi ciri-ciri sejarah Sunda. Semoga Ki Sunda tidak selebar daun kelor, namun sunda selebar jagat. Nenek moyang sunda telah memperlihatkan kesadaran mengenai pentingnya kesejarahan yang paling hakiki yaitu isi Prasasti Kawali I, II dan isi Kropak 632 dari kabuyutan Ciburuy yang berbunyi:
Hana nguni hana mangketan hana nguni tan liana mangke aya ma baheula hanteu tu ayeuna hana tunggak hana ratan tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangna.
Aya bihari aya kiwari teu aya baheula moal aya ayeuna ku ayana baheula nya ayana ayeuna mun taya bihari moal aya kiwari aya tunggak (tangkal) aya dahan mun taya tunggak moal aya dahan mun aya tunggulna tangtu aya sirungna.
Ada dulu ada sekarang tidak ada dahulu tidak ada sekarang adanya sekarang adanya dahulu kalau tidak ada dahulu tidak ada sekarang ada batang ada cabang kalau tidak ada batang tidak ada cabang kalau ada tunggulnya mungkin ada tunasnya.
Artinya : Tunggul = metafora dari arti Karuhun (leluhurnya), Sirung = metafora dari Urang Pisan (keberadaan keturunannya).***
Sumber : SJB